SURABAYA – Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga kembali mengadakan kuliah tamu pada Sabtu (2/4/2022). Mengambil tajuk “Peran Kepemimpinan Transformasional dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di BUMN, ” gelaran ini turut mengundang Dr HC Ignasius Jonan Drs Ak MA CPA CA selaku pemateri pada kesempatan ini.
Pada kuliah tamu itu, Jonan banyak memaparkan mengenai konsep kepemimpinan transformasional, Menurutnya, kepemimpinan transformasional bukan semata-mata ilmu dan proses, namun merupakan sebuah budaya.
“Kalau tidak bisa menanamkan budaya, sekali melakukan transformasi lalu pergi maka organisasi akan kembali seperti sebelum ada transformasi. Kita nggak akan selamanya menjadi pemimpin, ” tuturnya.
Ia menekankan pentingnya kerja keras serta jiwa kepemimpinan (leadership) untuk melakukan transformasi dalam sebuah organisasi atau lembaga. “Dalam kepemimpinan itu kerja keras tidak bisa digantikan. Sedangkan, leadership akan menentukan arah dalam organisasi atau lembaga di mana kita bekerja, ” ungkapnya.
Baca juga:
Kunjungan Konjen Australia ke RSUB
|
Dalam kepemimpinan transformatif, menurut Jonan, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk mampu memberikan contoh kepada anak buahnya. “Pemimpin itu harus ngasih contoh. Kalau pemimpin itu nyuruh anak buahnya berbuat a dan dia tidak mampu berbuat a, menurut saya itu bukan pemimpin yang bisa merubah sesuatu menjadi lebih baik, ” ujar Jonan.
Kemampuan memberikan contoh ini erat kaitannya dengan penanaman budaya dalam sebuah organisasi atau lembaga. Menurut alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR tahun 1982 ini, budaya dalam sebuah organisasi paling mudah ditanamkan dengan memberikan contoh.
Ia membeberkan hal ini pulalah yang ia lakukan semasa menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero pada 2009 hingga 2014.
“Sekarang saya sudah pensiun, (tapi transformasi di PT KAI Persero) tetap jalan. Mereka tetap melakukan transformasi karena apa yang saya tanamkan itu bukan semata-mata ilmu, prosedur, teknik, atau tata cara tapi budaya, ” terang Jonan.
Hal yang tidak kalah penting dari konsep kepemimpinan transformasional adalah humanitas. Jonan berpendapat bahwa bahkan satu orang yang dipimpin pun harus diperlakukan secara manusiawi. “Kalau kita nggak mau tiap hari lembur ya kita jangan nyuruh anak buah lembur tiap hari. Kalau terpaksa ya kita bagi tugas dengan baik, ” ujarnya.
Pada akhir, Jonan memaparkan pentingnya inovasi dalam sebuah kepemimpinan transformasional. “Kreativitas hanya berpikir hal baru dan menurut saya (ini, red) nggak cukup. Kalau transformasi, harus ada inovasi dan eksekusi untuk melakukan hal baru, ” pungkasnya.
Penulis: Agnes Ikandani
Editor: Nuri Hermawan