SURABAYA — Masuk dalam Sepuluh Bali Baru Indonesia, kawasan Bromo Tengger Semeru (BTS) menjadi salah satu kawasan yang perlu disingkirkan perekonomiannya. Di sisi lain, Kopi Tosari Bromo menjadi produk lokal yang sangat potensial. Berangkat dari hal tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membantu merumuskan Arahan pengembangan ekonomi lokal (PEL) Kopi Tosari Bromo.
Ketua tim KKN Abmas, Salsa Karima Putri menyampaikan bahwa Arahan PEL Kopi Tosari Bromo yang telah mereka rumuskan terdiri dari tiga arah utama, antara lain meningkatkan kerja sama dengan pemangku kepentingan , melakukan pelatihan kepada para petani kopi, dan permodalan.
Baca juga:
UKM Biru Flying Club UMM Di Lanud Abd Saleh
|
Salsa melanjutkan, kerja sama dengan pemangku kepentingan dilakukan dengan melibatkan pemerintah dan swasta. Salah satunya adalah kerja sama dalam mempertahankan tegakan kopi untuk meningkatkan panen biji kopi per tahun. “Adanya kerja sama ini, diharapkan dapat meningkatkan pengembangan produk lokal khas Bromo yang berdaya saing, ” jelasnya, Senin (20/6/2022).
Mengenai pelatihan kepada petani, Salsa menjelaskan bahwa sejauh ini Kabupaten Pasuruan telah menyelenggarakan pelatihan pemasaran. Namun dari sisi penguasaan teknologi produksi dan pengemasan masih perlu ditingkatkan. “Karenanya, para petani perlu diberi pelatihan penggunaan alat produksi hingga pengemasan produk sebagai strategi meningkatkan nilai jual produk, ” ungkapnya.
Dalam permodalan, Salsa menjelaskan bahwa usaha primer kopi belum semua tergarap karena terbatasnya Lembaga Keuangan Mikro Agrobisnis yang berdampak terhadap akses permodalan bagi petani. Sedangkan dari biji kopi sampai dengan produk bubuk kopi membutuhkan waktu yang lama untuk kembali modal, maka diperlukan setidaknya bantuan permodalan untuk dua kali produksi agar siklus pembelian kopi pada masa panen terus terserap.
Dosen Departemen PWK, Arwi Yudhi Koswara ST MT, yang sedang membahas permasalahan yang dihadapi oleh para petani kopi.
Dalam merumuskan Arahan tersebut, Salsa dan tim melalui tiga tahapan yakni tahap selanjutnya, diskusi, dan analisis. Pada tahap ini, dilakukan potensi potensi wilayah, khususnya sektor. “Hasil dari tahap ini adalah mengetahui karakteristik sektor ekonomi yang potensial yakni kopi pertanian yang menghasilkan produk Kopi Tosari Bromo, ” terangnya.
Kemudian, pada tahap diskusi, permasalahan utama yang dihadapi para petani kopi. Masalah ini yang selanjutnya ditanggapi dalam tahap analisis yakni dihasilkan solusi permasalahan dalam bentuk Arah PEL Kopi Tosari Bromo yang telah disebutkan.
Salsa menuturkan, KKN Abmas yang dilaksanakan selama tiga bulan hingga November 2021 lalu ini, melibatkan tiga dosen dan sepuluh mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota. Ketiga dosen tersebut yakni Arwi Yudhi Koswara ST MT, Dr Ir Eko Budi Santoso Lic rer reg, dan Nida Farikha ST MT.
Adapun Mahasiswa yang terlibat yakni Vinka Sisriyani Oktaviola, Adella Fajrin Nafiah, dan Salsa Karima Putri, Nor Afia Azma, Putri Sharwana, Fandhi Al Idrus Dwi Saputra, Annis Ratiningsih, Rafif Atthariqal Akbar, Jefriansyah Bayu Kurniawan, dan Bahtiar Rahmaan Imaduddin.
Terakhir, Salsa berharap dengan dibentuknya strategi PEL dalam perekonomian wilayah BTS dapat berkembang dengan tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata. Selain itu, strategi PEL ini juga dapat direalisasikan oleh pemerintah setempat atau KKN Abmas selanjutnya. “Semoga strategi PEL ini bisa direalisasikan dengan baik” tutup Salsa penuh harap. (*)
Reporter : Regy Zaid Zakaria
Redaktur: Shinta Ulwiya