SURABAYA - Beberapa hari terakhir ini, masyarakat Indonesia telah dihebohkan oleh sebuah berita mengenai wafatnya Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA. Namun, berita tersebut telah dikonfirmasi sebagai berita palsu atau hoaks oleh keluarga besar ITS.
Kepala Unit Komunikasi Publik (UKP) ITS Dr Rahmatsyam Lakoro SSn MT, Sabtu (5/3/2022) mengatakan, berita palsu ini awal mulanya dikirim melalui grup WhatsApp (WA) dengan menampilkan tangkapan layar permintaan konfirmasi benar tidaknya berita tersebut. “Siapa yang mula-mula membuatnya, saya kurang tahu persis, ” tanggap dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) ITS tersebut.
Dosen yang akrab disapa Ramok ini menanggapi bahwa berita yang tersebar ini bersifat misinformasi. Baik jika secara sengaja maupun tidak sengaja. Ramok berpendapat juga bahwa pengirim tidak bermaksud menyebarkan berita untuk keuntungan pribadi. “Namun, dengan mengirim tangkapan layar ke grup WhatsApp lain, itu bukan langkah yang benar untuk mengonfirmasi, ” ujarnya.
Maka dari itu, guna menghindari misinformasi ke depannya, alumnus doktoral Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut mengimbau kepada para warganet (netizen) untuk selalu menyaring informasi yang mereka peroleh sebelum menyebarkan kembali. Salah satu upaya untuk menyaring informasi adalah dengan memeriksa informasi tersebut di situs resmi yang dapat dipertanggungjawabkan. “Jika ingin memeriksa kebenaran berita terkait Prof Nuh (Prof Dr Ir KH Mohammad Nuh DEA, red), sebaiknya periksa di kanal ITS atau lembaga resmi lainnya, ” responnya.
Selanjutnya, Ramok menyampaikan bahwa keadaan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tersebut saat ini sedang dalam keadaan sehat dan beraktivitas secara normal. Tak hanya itu, istri Prof Nuh, drg Layly Rahmawati juga menegaskan bahwa Prof Nuh masih sehat dan aktif. “Prof Nuh masih banyak amanah yang harus dijalankan, ” tandas Layly memastikan.
Terakhir, Ramok berpesan kepada para netizen bahwa seiring berjalannya waktu, arus informasi akan mengalir secara deras. Jika tidak dapat mengolahnya dengan baik, maka akan dapat merugikan banyak pihak yang berkaitan. “Maka dari itu, saya berharap netizen dapat lebih teliti dalam mengolah informasi. Jika telanjur, ada baiknya melakukan klarifikasi, ” pungkasnya mengingatkan. (HUMAS ITS)